Saturday, September 26, 2009

Cerita Mini Satu


Diceritakan Kembali Oleh Imam Tantowi

Kantor Tuan Wedana itu adalah bagian depan rumah tinggalnya. Dia duduk di belakang meja tulis dari kayu jati, meniru-niru model meja tulis milik Tuan Asisten Residen. Di sampingnya duduk seorang lelaki berkulit legam berminyak, matanya tampak bodoh….. Dia pesuruh wedana yang merasa dirinya mampu menjadi juru tulis kawedanaan.

“Kerja saya kan jauh lebih berat, Tuan Kanjeng. Sebagai opas kantor, dari pagi saya selalu siap menunggu perintah Tuan, menjaga kantor Tuan. Kadang-kadang harus mengantar surat ke Kabupaten. Kenapa gaji saya lebih kecil dari Juru Tulis yang kerjanya cuma duduk-duduk. Dia dibayar dua sen setengah, sementara saya cuma setengah sen?“


“Kalau kamu mampu sebagai juru tulis ya silakan …. nanti Juru Tulis saya suruh menggantikan tugasmu.”

“Sanggup Kanjeng. Apa susahnya?”

Ketika itu sebuah pedati berhenti di halaman rumah Wedana….

“Cari tau, pedati siapa itu?”

Segera juru tulis baru itu keluar ruangan, mendatangi tukang pedati yang mengangkut karung-karung berisi beras dan gula.

Tidak lama si opas yang menjadi juru tulis datang melapor.

“Pedati Tuan Ong, Kanjeng”

“Ada urusan apa?”

Kembali opas yang berambisi jadi juru tulis itu segera keluar….. untuk mendapatkan informasi.

“Tuan Ong mengirim gula dan beras.”

“Buat siapa? Buat aku, atau titipan buat para bekel yang ada di kawedanaan?"

Dengan muka cemberut si Opas kembali keluar lagi, menanyai lagi tukang pedati itu, lalu masuk lagi dan melapor lagi…. dia tampak letih dan kesal.

“Titipan buat para bekel, Kanjeng.”

“Kenapa? Lelah kamu?”

Si Opas mengangguk.

Wedana memanggil juru tulis yang sedang berada di belakang rumah wedana.

“Juru tulis, cari tau mau apa pedati itu kemari.”

Sendiko, Kanjeng.” Juru Tulis segera mengambil pensil dan buku, lalu keluar menemui tukang pedati, sementara si Opas yang iri kepada gaji Juru Tulis melihat ke luar, bagaimana Juru Tulis mencatat semua jawaban dari Tukang Pedati, lalu masuk ke dalam. Melaporkan dengan rinci tentang kiriman beras dan gula dari Tuan Ong untuk para bekel di Kawedanaan, dan Tuan Ong juga mengundang Tuan Wedana untuk datang pada hari perkawinan puterinya.

Opas yang iri kepada Juru Tulis itu hanya melongo melihat laporan Juru Tulis yang sangat komplet, hanya dengan sekali jalan…

“Ini yang membedakan antara kamu dan Juru Tulis, sebanyak dua sen……."

Jakarta, 13 September 2009

0 komentar:

Post a Comment

Contact

Related Blogs

Blog Archive

Categories

Labels

Advertise