Ya

Buku itu jendela dunia

Dunia

Aneka pemandangan dengan dinamikanya

Dinamika

Yang membuat dunia ini bergerak

Gerak

Kunci mewujudkan setiap eksistensi

Eksistensi

Tempat makna dan kehormatan berlabuh

Tuesday, May 1, 2012

SOAL SENI YANG TERGAMBAR


• Judul: Seni Rupa Indonesia dalam Kritik dan Esai
• Penulis: Soedjojono Dkk
• Penyunting: Bambang Bujono dan Wicaksono Adi
• Penerbit: Dewan Kesenian Jakarta
• Tahun Terbit: 2012
• Halaman: 616 halaman

SEPERTI apa wajah seni rupa Indonesia? Yang jelas, sejarah untuk bidang yang satu ini belumlah terlalu tua, sekitar delapan puluhan tahun lalu saja alias masih muda. Namun, pertanyaan berikutnya, apakah seni rupa belum berarti dan tidak penting?

Menelisik seni rupa melalui buku yang ditulis oleh mereka yang terlibat dan mereka yang paham tentang sejarah seni ini, menarik. Setidaknya bisa menilik apa yang sudah ada (terjadi) dan yang sekarang berkembang seiring dengan era yang tanpa batas atawa mengglobal.

Ya, buku ini seperti sebuah pertanda dalam mengingatkan berbagai hal dan sejumlah fakta perjalanan yang menjadi latar belakangnya. Misalnya pada awal tahun tiga puluhan yang cenderung mengangkat spirit nasionalisme [karena belum merdeka?]. Lalu, tiga puluhan tahun kemudian, seni yang berkait dengan politik, politik yang cenderung keras. Dan, meloncat satu dekade kemudian dengan semangat Gerakan Seni Rupa Baru sampai akhirnya kita terserang booming seni lukis: era delapan puluhan.

Berbagai pengamat menyebut bahwa setelah era itu nyaris seni rupa berkutat di wilayah yang tak beranjak dari era Seni Rupa Baru. Dan, setelah menelusuri sejarahnya, kian mengerti jejak-jejaknya. Apalagi dalam buku yang disusun secara kronologis (berkesinambungan) memperjelas kesejarahan bidang “gambar” yang cukup menarik, termasuk Onghokham yang berlatar belakang sejarah dalam menulis mooi indie (halaman 73).

Kemudian, pelukis-pelukis yang menulis, atau berstatemen. semisal Affandi hingga Jim Supangkat yang eksis hingga sekarang sebagai salah satu bagian dari gerakan Seni Rupa Baru, jadilah buku ini sebagai penggambaran yang lumayan utuh bak menonton sebuah dokumenter tentang seni rupa. Dan, tentu, di dalamnya tentang masa Orde Lama (era Bung Karno) hingga Orde baru (era Soerharto) yang penuh dengan pertentangan seni yang dijinakkan.

Ya, agaknya seni rupa bagian yang tak bisa dipisahkan dengan politik; termasuk ekonomi, hingga sekarang pasar cukup menentukan. Tinggal pilihlah! Mau ke mana era mendatang seni rupa negeri ini?

M Djoko Yuwono

Contact

Related Blogs

Blog Archive

Categories

Labels

Advertise