Monday, May 11, 2009

Hole in One Bagian 8 (Akhir)

Oleh Odios

WIMPIE memerintahkan orang suruhan Tuan Yulio agar membawa bungkusan uang pada pukul 09.30 di dekat tempat sampah yang ada di lokasi Pondok Indah Mall. Persisnya lokasi akan diberitahu kemudian. Orang suruhan itu harus membawa HP agar bisa menerima instruksi secara benar.

Tugimin melakukan sesuai petunjuk si pemeras. Tuan Yulio juga sudah wanti-wanti agar Tugimin tidak membuat ulah sehingga si pemeras marah. Tugas utamanya adalah meletakkan bungkusan di dekat tempat sampah.

Sungguh tak terduga jika diam-diam Tuan Yulio menceriterakan ikhwal yang menimpanya kepada Shelly. Shelly begitu kaget dan instingnya pun langsung memberitahu, bahwa peristiwa semacam itu sepertinya ada hubungannya dengan seseorang yang sedang sakit hati atau jengkel, sekaligus punya bakat kriminal. Meskipun hanya dalam hati, Shellly berkeyakinan bahwa dalang pelaku di balik semua itu tentu tak jauh dari Wimpie.

Shelly mencoba menelepon polisi, tapi tiba-tiba baterei HP-nya putus. Ia bingung. Mau charge baterei ia tak sabar. Akhirnya ia bergegas naik taksi menuju ke Pondok Indah Mall. Malang, jalanan macet. Berkali-kali ia melihat arloji dan khawatir anak buah Wimpie sudah mengambil bungkusan uang kiriman Tuan Yulio.

Ternyata Shelly masih belum terlambat. Batas waktu yang ditentukan penculik belum habis. Shelly berjalan dengan bergegas sambil mencari-cari seseorang yang sedang menelepon pakai HP. Namun, tiba-tiba ia dihambat oleh serombongan laki-laki tak dikenal. Orang-orang itu mengaku utusan Tuan Yulio. Shelly tak berpikir panjang, lalu mengikuti saja ajakan mereka.

Malang Shelly, ia ternyata dibawa ke tempat parkir dan dibawa ke sebuah mobil yang dikenalnya. Di dalamnya sudah menunggu Wimpie. Shelly ditarik masuk ke dalam mobil tanpa sempat memberikan perlawanan. Wimpie sangat girang. Dengan sangat gesit, Wimpie membius Shelly. Shelly pun terkulai, tertidur di jok mobil.

TUGIMIN tampak dengan berdebar-debar menerima instruksi lewat telepon. Ketika ia hampir meletakkan bungkusan itu di dekat sebuah tong sampah, tiba-tiba dicegah dari telepon. Tugimin harus menunggu beberapa saat. Ia semakin tegang dan capek.

Ternyata, pada saat itu sedang ada dua satpam lewat. Rupanya satpam itu hendak masuk sebuah restoran. Telepon berdering lagi, Tugimin menyimak dengan seksama. Kali ini, ia dengan sangat hati-hati menaruh bungkusan berisi uang ratusan juta itu di dekat tong sampah. Ia pun berlalu seolah tak terjadi apa-apa.

Beberapa saat kemudian seorang laki-laki berjalan dengan hati-hati mendekati tong sampah. Sambil menoleh kanan-kiri, ia lalu menyambar bungkusan itu. Tepat pada saat itu, tiga orang laki-laki berpakaian sipil melingkari laki-laki pengambil bungkusan.

Rupanya mereka petugas yang menyamar. Dengan gesit laki-laki itu melemparkan bungkusan ke suatu arah. Ternyata beberapa orang lainnya sudah menunggu dan langsung membawa kabur bungkusan itu. Tiga petugas itu tak peduli, lalu memborgol salah seorang anggota pemeras dan menggiringnya ke sebuah tempat.

Sementara itu, Wimpie dan komplotannya yang berhasil membawa kabur bungkusan duit dan sekaligus Shelly yang masih terbius, tiba di sebuah tempat yang agak misterius. Walaupun senang mendapatkan uang, wajah mereka tampak tegang, karena salah seorang yang tertangkap itu bisa saja menjadi pemicu terbukanya kedok Wimpie Cs.

Ketika bungkusan itu dibuka, mata mereka semua melotot. Satu persatu tak percaya, lalu menggosok-gosok matanya berkali-kali. Duit lima ratus juta itu ternyata cuma omong kosong. Cuma guntingan kertas. Bahkan tak seperak pun ada duit asli di dalamnya. Bahkan di dalam guntingan kertas itu ada secarik kertas dengan tulisan spidol mencolok:

HEI WIMPIE, KAMU KIRA GUE BEGO, YA?
TRIK FOTO BEGITU UDAH BANYAK DAN LAGI
GUE PUNYA KOLEKSI FOTO BEGITU DI RUMAH.
MANA MUNGKIN BINI GUE PERCAYA?

DAN APA ENTE LUPA, GUE SANGAT HAPAL
SAMA ENTE PUNYA SUARA. GUE UDAH REKAM
SEMUA DAN ITU BISA JADI BARANG BUKTI DI
PENGADILAN.

TTD.
YULIO

Wimpie tampak jadi lemes tapi juga marah bukan kepalang. Sejenak ia memandang wajah Shelly yang masih tertidur pulas. Ia lalu memerintahkan semua anak buahnya bubar dan tidak nongol dalam lima bulan. Ia sendiri, kalau perlu harus ngumpet di luar negeri beberapa bulan. Semuanya berantakan dan sudah tercium polisi.

SHELLY terbangun dengan kepala terasa agak pening. Ia melihat keadaan sekeliling dengan heran bercampur ngeri. Tetapi mengapa keadaan begini sepi? Apa yang terjadi padanya?

Shelly melihat bungkusan di atas meja, melongok isinya dan menatap dengan heran. Rupanya Tuan Yulio bukan orang sembarangan, pikir Shelly. Ia punya banyak kaki tangan dan akal. Shelly tersenyum dalam hati. Shelly bergegas pergi dengan cara berjalan kaki, karena lokasi tempat itu agak jauh dari jalan raya. Seorang pengojek lewat, Shelly pun naik dan menyebutkan sebuah tujuan.

Sementara itu, Tuan Yulio tampak sedang sibuk di kantor. Ada bertumpuk-tumpuk dokumen dan surat yang harus dia tanda tangani. Tugimin masuk dan memberitahu kronologi peristiwanya. Tuan Yulio ketawa terbahak-bahak. Tapi ketika ia menanyakan di mana Shelly, Tugimin hanya menggelengkan kepala.

Tuan Yulio lalu memanggil tiga orang "andalan"-nya. Mereka menghadap dan memberitahu bahwa salah seorang anak buah Wimpie masih diurus di suatu tempat yang rahasia. Tuan Yulio meminta agar anak buah Wimpie itu ditanyai, di mana markas mereka sebenarnya. Begitu ketiga orang itu mundur dari hadapan Tuan Yulio, tiba-tiba telepon berdering. Ternyata dari Shelly. Tuan Yulio sangat gembira. Ia meminta Shelly menunggu di sebuah restoran yang jadi langganan mereka. Tugimin tanggap apa yang harus dilakukan.

Sementara itu salah seorang yang diringkus tiga orang berpakaian sipil, dan memang benar-benar orang sipil itu, ditanyai tanpa ancaman apa-apa. Dengan suka rela ia mau memberitahu asal dilepas dan tidak dipenjarakan. Belum sempat mereka memberi jawaban, telepon genggam mereka berdering. Ternyata dari Tugimin, yang memberitahu Shelly dalam keadaan baik dan sudah ditemukan.

Dengan perasaan geli tiga orang berbadan tegap itu melepas tawanan itu. Ia dilepas dengan hanya memakai celana pendek, kaos singlet, tanpa alas kaki dan uang lima ratus perak. Diserai "warning" kalau macem-macem di kemudian hari, bakal diserahkan ke kantor polisi betulan. Orang itu lari tunggang langgang. Dan ketiga orang itu menatap mereka dengan terbahak-bahak. Stop motion! (Ketemu lagi kapan-kapan, ye!)

0 komentar:

Post a Comment

Contact

Related Blogs

Blog Archive

Categories

Labels

Advertise