Thursday, April 16, 2009

Hole in One Bagian 6

Oleh Odios


TUAN YULIO sedang mengadakan meeting dengan para direktur. Tiba-tiba sekretaris menyela dan memberitahu lewat bisik-bisik bahwa ada telepon dari seorang wanita bernama Shelly. Tuan Yulio agak surprise, lalu meminta izin hadirin untuk sesuatu yang sangat penting. Hadirin hanya saling pandang. Tidak biasanya Tuan Yulio melakukan itu, kalau tidak benar-benar luar biasa.

Shelly menelepon bahwa ia tampaknya hampir setuju soal penawaran Tuan Yulio untuk berlatih golf di beberapa tempat seperti Batam, Malaysia atau Singapura.

Tuan Yulio tampak sangat cerah wajahnya. Ia meminta Shelly untuk memantapkan persiapan sehingga tidak perlu lagi ada istilah "hampir setuju". Yang ada ya, setuju sekali.

Baru saja selesai berbincang dengan Shelly, tiba-tiba sekretaris datang lagi dan memberitahu ada telepon dari Tuan Cipta, salah seorang sahabat Tuan Yulio dan sama-sama bertitel pengusaha sukses. Isi pembicaraan Tuan Cipta mengajak pergi ke luar negeri untuk satu urusan yang sangat vital. Dan Tuan Yulio juga melihat bahwa itu tak mungkin bisa ditunda-tunda lagi.

Sementara itu, Shelly sedang berbicara dengan Wimpie di telepon. Wimpie mula-mula membujuk agar mau memaafkan dia, karena soal pil itu cuma latah dan bukan kebiasaannya. Shelly tetap belum bisa mengerti. Tapi akhirnya, sifat asli Wimpie muncul, ia tak sabar lagi dan marah-marah, mengapa Shelly menolak diajak ngobrol agar bisa ia memberi pengertian.

Tuan Yulio menyuruh Tugimin agar menelepon Shelly dan memberitahu agar Shelly mau menunggu beberapa minggu karena ia harus ke luar negeri dengan kolega bisnisnya.

Shelly agak kaget mendengar telepon dari Tugimin. Ia bertanya-tanya dalam hati apakah Tuan Yulio tahu kalau ia sedang sedikit ada masalah? Sayang sekali kalau kontraknya dengan Tuan Yulio sampai batal. Gede bayarannya.


Suatu hari, tampak Shelly sedang berbincang dengan salah seorang CEO top, Tuan Jaya, di resto sebuah lapangan golf, Jakarta. Mereka tampak sangat asyik ngobrol. Sesekali tampak Shelly ketawa terpingkal-pingkal. Rupanya Tuan Jaya banyak punya koleksi joke dan ia berhasil membawakannya dengan baik.

Tak lama kemudian beberapa eksekutif lain, sekitar tiga-empat orang ikut bergabung dalam satu meja. Ganti-berganti mereka menceriterakan joke-joke yang mereka miliki. Dan Shelly benar-benar dapat menjadi pendengar yang aktif. Ruangan itu benar-benar menjadi arena joke telling yang cukup gayeng.

Di luar dugaan, Wimie dan tiga orang temannya datang ke tempat itu dan Wimpie tampak menunjukkan wajah agak seram. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Wimpie langsung menggaet lengan Shelly dan menggelandangnya ke mobil mereka. Beberapa eksekutif yang melihat adegan itu tak dapat berbuat apa-apa, karena mereka pikir cowok Shelly lagi cemburu. Dan lagi itu urusan intern mereka.

Sementara itu, Tugimin tampak sedang menjemput Nyonya Bos di arisan ibu-ibu. Di jalan Tugimin tampak ngoceh tak keruan. Ia bingung melihat kehidupan orang-orang sukses. Meeting, deal, lobi, transaksi dan lain-lain istilah yang tiap hari bersimpang siur di telinganya. Ia sangat geli melihat itu semua. Tapi, begitu ia melihat dirinya sendiri, ia juga makin geli.

Di perjalanan, Nyonya Bos tampak berusaha memancing-mancing info perihal "rahasia" di balik sepak terjang Tuan Yulio selama mengikuti latihan golf. Tapi Tugimin sama sekali lebih lihai dan ia tak bisa dijebak atau disogok sekalipun.

Di rumah, Tukinem menanyakan pada Tugimin, apakah ia serius soal yang di bioskop itu. Tugimin bilang ia sangat serius, tapi tidak lalu langsung kawin, karena kalau kawin sekarang, saatnya belum tepat. Tugimin tampaknya masih punya kewajiban untuk menyekolahkan adik-adiknya yang ada di desa sampai mereka lulus. Tukinem agak kecewa mendengar itu, tapi ia juga tidak bisa langsung menyalahkan Tugimin.

Tugimin tampak iseng memainkan club dan mendorong bola ke arah lubang di lapangan mini salah satu ruang Tuan Yulio. Ia mengaku mendapat tugas untuk mencatat dan mempraktekkan setiap instruksi dari pelatih. Karena itu, berkali-kali ia membaca petunjuk yang diberikan pelatih, dan ternyata memang tidak gampang. Apalagi memasukkan ke lubang. Tukinem melihat ulah Tugimin dari balik dinding dan tersenyum geli waktu melihat Tugimin selalu gagal memasukkan bola ke dalam hole.

0 komentar:

Post a Comment

Contact

Related Blogs

Blog Archive

Categories

Labels

Advertise