Monday, March 30, 2009

Hole in One Bagian 4

Oleh Odios

PAGI sekali, tampak Tuan Yulio asyik berbincang dengan Shelly, diikuti Tugimin, yang membawa buku catatan, diiringi para caddy (caddies) yang membawa peralatan golf berjalanan di lapangan golf. Di beberapa tempat, dari lapangan yang luas itu, keadaa masih tampak berkabut.

Shelly menjelaskan, bahwa belajar main golf akan efektif jika dilakukan langsung dengan praktik. Tuan Yulio manggut-manggut saja. Pikiran Tuan Yulio saat itu sudah keluyuran ke mana-mana. Sesekali ia melirik ke sasaran-sasaran tertentu dari tubuh Shelly. Berkali-kali Tuan Yulio tampak seolah mengerti apa yang diterangkan Shelly, namun tak satu pun "terminologi" dan teknik-teknik bermain golf, nyangkut di benaknya.

Ketika Shelly menjelaskan nama alat-alat dan kerangka permainan, misalnya dari mengenal tongkat pemukul yang disebut club, dan permainan harus dimulai dengan memukul bola dari tee box menuju green, agar bola secepat mungkin bisa masuk hole, Tuan Yulio justru tertawa-tawa dan tampak agak naif; karena ia menyelewengkan pengertiannya dalam benaknya sendiri.

Tugimin jadi kerepotan setengah mati. Ia dengan cermat mencoba mencatat ucapan dan gerakan-gerakan (flash) Shelly. Shelly juga menjelaskan bahwa jarak dari tee box hingga hole bisa relatif, antara 100 - 600 yard. Dan dalam setiap permainan tidak selalu jumlah hole 18; karema 9 pun juga oke.

Tiba-tiba Tuan Yulio bersorak girang, bahwa 18 maupun 9 sama-sama dia sukai, karena jumlahnya tetap 9. Menurut feng sui, angka itu tergolong hebat.

Saat Tuan Yulio diminta mencoba memukul bola yang sudah disiapkan di atas tee, dengan bersemangat ia mencoba. Jelas gerakannya sangat aneh. Bahkan bole terpukul ke belakang ketika ia menggerak-gerakkan club, dan ia tak menyadari, ketika kedua tangannya terayun dengan kencang, hanya memukul angin. Tapi Tuan Yulio merasa pukulannya berhasil, dan bola melejit demikian jauh hingga tak bisa dilihat lagi. Tuan Yulio jingkrak-jingkrak, tapi Tugimin kesakitan memegang selangkangannya yang terkena ayunan Tuan Yulio.

Pendek kata penampilan Tuan Yulio sangat tidak beres. Belum sampai 15 menit, ia sudah minta break dan langsung meminta Tugimin memesankan minuman untuk mereka berdua -- Tuan Yulio dan Shelly. Sambil minum dan sedikit (pura-pura) menyeka keringat, Tuan Yulio mengatakan lapangan-lapangan yang ada di Jakarta kurang layak untuk tempat latihannya; ia mengusulkan agar bermain golf di Batam atau di Langkawi, Malaysia. Shelly nyaris tersedak. Matanya melotot. Ia tak menduga. Bahkan sangat terkejut.

Tuan Yulio merasa paham. Ia menjanjikan fee tiga kali lipat. Seluruh urusan ke Batam atau Langkawi, menjadi tanggungan Tuan Yulio. Shelly memandang Tuan Yulio dengan perasaan bingung.

0 komentar:

Post a Comment

Contact

Related Blogs

Blog Archive

Categories

Labels

Advertise