Sunday, March 22, 2009

Hole in One Bagian 3

Oleh Odios


DALAM perjalanan pulang dari kantor, telepon genggam Tuan Yulio berdering. Beberapa saat lamanya dia ngobrol dengan seseorang. Usai menutup telepon Tuan Yulio bercerita pada Tugimin, bahwa salah seorang sahabatnya memberi saran agar memakai Shelly sebagai guru privat golfnya. Orangnya cantik, pintar dan guru privat yang sabar.

Tugimin yang memang punya bakat menebarkan wabah optimisme langsung saja menukas, "Saran yang bagus sekali itu, Pak. Bapak memang perlu guru privat yang seperti itu." Tuan Yulio hanya ketawa. Untuk sejenak ia tampak diam dan membayangkan seperti apa Shelly itu. Tanpa sengaja, Tuan Yulio senyum-senyum sendiri.

Di rumah Tuan Yulio, tak sengaja, Tugimin bercerita pada Tukinem soal rencana Pak Bos yang bakal diajar main golf oleh guru privat cantik, seksi, pintar dan sabar. Bagai aliran listrik, omongan itu pun akhirnya mengalir dari mulut Tukinem ke Nyonya Bos. Nyonya Bos pun meradang.

"Lelucon apa sih yang sedang dimainkan di rumah ini?" ujar Nyonya Yulio pada suaminya dengan menahan gejolak di dada. Tuan Yulio hanya senyum-senyum. Setelah didesak dengan setengah paksa, akhirnya Tuan Yulio mengaku, bahwa itu baru saran. Belum tentu ia menyetujui. Lagi pula ketemua calon guru privatnya pun belum.

Nyonya Yulio yang "bijaksana" itu akhirnya hanya memberi dua pilihan. Kalau Tuan Yulio tetap mau memakai Shelly sebagai guru privat, maka ia akan ikut serta dalam latihan. Tapi kalau mau berlatih sendiri, Tuan Yulio harus memakai guru privat yang bukan Shelly. Tuan Yulio mau pikir-pikir dulu.

Esuk paginya dalam perjalanan ke kantor, Tuan Yulio pura-pura memarahi Tugimin yang ceroboh itu. Tugimin menyatakan menyesal setengah mati. Beberapa saat kemudian Tuan Yulio menceriterakan "ancaman" istrinya. Tuan Yulio merasa masih bingung, harus memilih mana. Tugimin berpikir sesaat. Lalu menukas dengan terlonjak, "Ah, itu soal kecil, Pak. Bilang saja ke Ibu, Bapak pilih berlatih sendiri. Soal tidak pakai pelatih Shelly, nggak apa-apa. Kan diam-diam Bapak bisa pesan Shelly, supaya ganti nama atau pakai nama panggilannya waktu kecil. Beres, kan, Pak?"

Tuan Yulio terpana. Ia tak percaya menatap sopir pribadinya yang "badung" dan agak bengal itu, ternyata otaknya cukup encer. "Eh, nggak sangka, otak lo makin encer aja, Min," ujar Tuan Yulio sambil menepuk-nepuk bahu sopirnya. "Iya, dong, Pak. Ini berkat banyak baca majalah dan koran waktu nunggu Bapak rapat."

Di ruang kantor Tuan Yulio. Sekretaris memberitahu lewat intercom ada seorang gadis bernama Ria mau ketemu. Begitu Ria masuk lalu menyalami Tuan Yulio dan memperkenalkan diri sebagai Shelly. Sesaat Tuan Yulio terpana menatap Shelly. Ia mencoba membayangkan hubungan gadis cantik dan seksi itu dengan golf. Tapi Tuan Yulio tak sanggup menyusun visual secara tepat, karena Shelly juga sangat layak menjadi top elit model profesional.

"Jadi...Bapak setuju?" tanya Shelly setelah beberapa saat menunggu.

"Kapan kita latihan?!" sahut Tuan Yulio agak tergagap dan bahkan membuat Shelly kaget sekali. Stop motion!

0 komentar:

Post a Comment

Contact

Related Blogs

Blog Archive

Categories

Labels

Advertise