Oleh Odios
DI RUMAH, Shelly tampak gelisah. Ia tiduran di kamar apartemennya sambil mendengarkan musik, tapi tetap saja gelisah. Ia sedang bimbang. Ia mencoba menelepon sahabatnya, Neny, lalu menceritakan soal tawaran seorang pengusaha top yang keinginannya agak menyimpang dari jalur prof.-nya. Neny hanya ketawa ngakak sambil mengatakan, "Coba dibalik: TONY". Shelly tak paham. Ia coba mencoret-coret di kertas TONY, lalu: YNOT. Lalu mengeja Why...Not? Shelly ketawa, mengapa tidak?
Telepon berdering, Wimpie, pacar Shelly, lima belas menit lagi mau menjemput untuk mengajak makan malam. Shelly mengatakan agak malas keluar. Wimpie mengatakan ada sesuatu yang penting yang ingin ia katakan pada Shelly. Shelly hanya mengatakan, "O ya?".
Di mobil dalam perjalanan Wimpie dan Shelly, Shelly tampak kurang bergairah. Ia hanya menatap ke depan dengan perasaan hampa. Wimpie mencoba cerita, bahkan yang dianggapnya lucu, tapi Shelly sama sekali tidak merespon.
Di dalam restoran, Shelly menanyakan, kabar penting apa yang akan dikatakan oleh Wimpie. Wimpie hanya ketawa. Dengan hati-hati, Wimpie merogoh sakunya lalu mengeluarkan dua butir pil yang terbungkus plastik, "Aku punya dua, mau coba satu?" Shelly menatap tak percaya, "Inex?" tanya Shelly agak berbisik. Wimpie mengangguk. Shelly langsung berdiri dan bergegas keluar dari restoran. Wimpie menatap sambil tertegun.
Sementara itu, di rumah, Tuan Yulio tampak berbeda. Ia menjadi sangat ramah berlebihan. Gembira berlebihan. Nyonya Yulio agak curiga, tapi buru-buru menepisnya. "Lima belas tahun lagi, kita memasuki perayaan Kawin Emas ya, Pap?" tanya Nyonya Yulio. Tuan Yulio dengan enteng menyahut, "Ya, mungkin." Nyonya Yulio menatap suaminya dengan mata tak percaya, lalu berbalik dan masuk ke kamar tidur sambil membanting pintu agak keras. Tuan Yulio hanya terbengong-bengong seperti orang bego.
Di lobi sebuah bioskop, tampak Tugimin dan Tukinem sedang asyik bicara sambil duduk di sofa lingkar. Tukinem asyik cerita soal Nyonya Bos yang belakangan ini suka uring-uringan. Teman-teman arisannya sedang pergi ke luar negeri nengok anak-anaknya yang sekolah di sana. Sementara itu teman-teman Nyonya Bos di fitness centre, juga lagi pada tour ke Bali, ngikutin suaminya masing-masing. Nyonya Bos nggak ada teman ngobrol. Anak-anaknya yang sedang sekolah di Amerika, setiap di telepon, selalu menjawab dengan mesin penjawab, harap meninggalkan pesan, nanti akan dihubungi. Tapi mereka terlalu sibuk dan tak pernah mau menghubungi maminya yang sedang kelimpungan dan kesepian. Tugimin hanya menatap ketangkasan Tukinem bicara; ia membayangkan seperti bosnya, Tuan Yulio saat menatap Shelly bicara. Tugimin hanya manggut-manggut dan jadi pendengar yang baik.
Di dalam bioskop tampak tangan Tugimin dengan pelan-pelan dan takut-takut hendak merangkul bahu Tukinem, tapi dengan tangkas Tukinem memegang tangan Tugimin, lalu berbisik setengah mengancam, "Apa kamu sudah pernah bikin janji? Jangan macem-macem, lho. Aku bisa teriak."
Tugimin salah tingkah.
Sewaktu Tugimin dan Tukinem (naik sepeda motor) sampai di rumah, Tugimin agak kaget melihat Tuan Yulio sedang berdiri di halaman rumah sambil mengenakan kimono. Sesekali Tuan Yulio menatap langit. Mungkin ia berharap di sana ada bulan atau apalah namanya. Saat it memang tidak ada bulan. Hanya ada ratusan, mungkin ribuan bintang di langit.
Begitu Tuan Yulio melihat Tugimin pulang dari nonton, wajahnya yang semula murung berubah cerah. Ia menyuruh Tukinem langsung ke belakang, dan meminta Tugimin menemaninya ngobrol.
Mereka duduk di tempat yang agak remang. Lalu dengan tanpa khawatir akan akibat ucapannya, Tuan Yulio berbisik kepada Tugimin. "Aku merasa aneh, Min. Merasa ada sesuatu yang tak beres dalam diri saya." Dengan pura-pura tenang Tugimin bertanya ada apa sebenarnya? "Aku merasakan sesuatu yang saya rasakan ketika aku remaja dulu. Sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Semua bertumpuk-tumpuk di sini (sambil menunjuk dadanya). Perasaan sakit, tapi juga enak, kangen dan berdebar-debar."
Tugimin benar-benar sulit menebak artinya. Lalu bertanya, "Konkretnya itu apa sih, Pak?"
"Ssst, sepertinya aku sedang jatuh cinta sama Nona Shelly." ujar Tuan Yulio.
Gantian Tugimin kini, yang mendelik sambil berteriak, "Hah!" (Stop motion).
Pameran BCF 2 Bertema ABAD VISUAL
-
Pameran BCF 2 Bertema ABAD VISUAL. Pameran BCF 1 bertema bebas. Berikut
sebagian kartun yang dipamerkan di Hotel Pondok Tingal, Borobudur,
Magelang, Jawa ...
6 years ago
0 komentar:
Post a Comment