Oleh Odios
TUGIMIN SEDANG ngobrol dengan Kosim, tukang kebun. Soal sehari-hari. Kosim menanyakan apa benar kalau Tugimin juga disuruh main golf, olahraga yang sangat prestisius dan hanya bisa dilakukan orang-orang berduit, Tugimin mengangguk sambil malu-malu. Kosim kaget, mujur benar nasib Tugimin. Kosim menanyakan apa sih asyiknya main golf. Persis main gundu, jawab Tugimin. Kita sangat senang kalau bola bisa masuk lubang. Kosim kaget, "Hanya soal memasukkan bola ke dalam lubang? Ah, kalau cuma itu ngapain musti mahal ongkosnya? Bego benar ya, orang-orang kaya itu," kata Kosim dalam hati.
Tiba-tiba Tukinem berteriak dari ruang dalam ke arah Tugimin. Tuan Yulio telepon Tugimin dari Singapura. Tugimin buru-buru masuk dan ia diminta menjemput di bandara Cengkareng karena dua jam lagi, Tuan Yulio sampai. Sementara itu, di sebuah restoran, Shelly duduk berhadapan dengan Wimpie. Wajah Shelly tampak kusut dan agak stres. Wimpie berkali-kali mengajak ngobrol dan membujuk-bujuk, tapi Shelly tetap diam seribu basa.
Beberapa saat kemudian, Tugimin dan Tuan Yulio tampak memarkir mobil dan singgah di restoran itu. Tuan Yulio sangat kaget waktu melihat Shelly, tapi ketika ia tahu Shelly bersama seseorang, Tuan Yulio segera mengendalikan diri. Apalagi wajah Shelly tampak kurang bergairah. Tuan Yulio membisiki Tugimin agar mencari tahu, siapa cowok yang bersama Shelly itu. Tugimin dengan gesit menanyakan ke pelayan, dan pelayan yang memang sudah hapal pada langganan memberitahu bahwa Shelly bersama pacarnya. Tampaknya mereka sedang ada masalah. Soalnya Shelly pasang aksi diam.
Shelly memang tidak tahu kalau Tuan Yulio dan sopirnya ada di situ, namun ketika Tuan Yulio dan Tugimin sengaja bicara agak keras dan ketawa-ketawa, Shelly jadi menoleh, dan ia sangat senang begitu melihat kedua orang itu ada di situ. Ia bahkan, buru-buru berdiri lalu menyongsong Tuan Yulio. Melihat itu, tentu saja Wimpie sangat marah. Ia memanggil pelayan dan mengatakan ia mau traktir semua yang hadir di situ. Tentu saja pelayan hanya pura-pura tersenyum sambil mengangguk. Wimpie ngoceh tak karuan lalu melemparkan sejumlah uang ke atas meja lalu keluar dengan langkah angkuh. Shelly pura-pura tak menggubris dan ia justru pasang aksi makin mesra di hadapan Tuan Yulio. Tentu saja Tuan Yulio jadi jadi makin kebat-kebit.
SEBELUM berangkat ke Batam, Singapura atau Malaysia, Tuan Yulio minta dilatih main di lapangan golf Jakarta. Shelly ikut saja. Mereka sudah tampak sibuk sejak dini hari.
Waktu latihan akan dimulai, Tuan Yulio tiba-tiba berubah pikiran. Ia melihat para caddies dan ingin tahu lebih banyak soal mereka. Iseng-iseng Tuan Yulio mengajak ngobrol, akhirnya bergurau. Timbul pemikiran Tuan Yulio, "Saya dengar kalian punya lelucon-leluon menarik, bagi-bagi dong. Entar yang paling bagus, Bapak kasih hadiah menarik deh. Kalau perlu seluruh caddy yang ada di sini, suruh ikut. Oke?"
Tak terduga, arena itu sudah berubah menjadi lomba melucu di antara para caddy. Shelly pun ikut duduk-duduk santai dan ketawa-ketawa.
Setelah lomba melucu, mereka juga diberi kesempatan memperagakan kemampuannya memukul bola (di tee box). Hasil "penjurian" semua yang telah membawakan joke dianggap lucu dan berhasil, masing-masing berhak memperoleh hadiah sebuah cek bernilai 100 ribu perak. Begitu juga yang mengikuti lomba memukul bola, masing-masing dapat cek 100 ribu perak.
Usai acara, Tuan Yulio mengaku capek. Ia belum memukul sebiji-biji bola acan. Tapi ia mengaku lega dan gembira melihat kemampuan para caddies bermain golf sungguh penuh harapan. Tuan Yulio lalu mengatakan pada Tugimin agar mau serius berlatih, siapa tahu kelak bisa jadi pemain golf prof.
Agak malu-malu, Tuan Yulio menanyakan pada Shelly, sudah berapa lama kenal Wimpie, si cowok? Shelly hanya mengangkat bahu. Lalu membelokkan ke cerita lain. Lalu menanyakan perkembangan Tuan Yulio, terutama sejak berlatih golf, apa masih dihinggapi penyakit bosan. Tuan Yulio pun nyeletuk spontan, "Apa, bosan? Itu jelas urusan masa lalu."
KEJENGKELAN Wimpie makin menjadi-jadi; terutama, sejak peristiwa di restoran beberapa waktu lalu. Ia menjadi sangat "mendendam" pada orang tua yang tiba-tiba dimesrai Shelly. Ia lalu mengumpulkan semua anak buahnya untuk mencari tahu, siapa laki-laki tua yang sudah bosan hidup itu?
Dalam waktu singkat, "file" mengenai Tuan Yulio dapat sudah. Lengkap dengan jadwal dan kegiatannya. Wimpie lalu membagi tugas, agar di antara anak buahnya ada yang menyamar menjadi fotografer, pelayan atau tukang pos atau apa pun yang bisa menembus ke jantung aktivitas Tuan Yulio.
Salah seorang "fotografer"-nya berhasil mengambil beberapa adegan/wajah baik Tuan Yulio maupun Shelly. Foto-foto itu langsung diproses dengan scanner untuk dilakukan mix gambar, sehingga dapat menghasilkan adegan yang heboh antara Tuan Yulio dan Shelly. Selesai proses scanning lalu diproses sparasi warna. Hasilnya, sungguh sangat heboh. Di situ terlihat Tuan Yulio tengah bermesraan dengan Shelly dalam keadaan satu selimut berdua.
Gambar heboh itu pun segera dikirim ke Tuan Yulio. Langsung ke tangannya. Di situ tertulis, tunggu instruksi berikutnya. Lalu terdengar suara telepon. Tuan Yulio mendengar suara orang yang mengancam, jika dalam waktu dua puluh empat jam tidak mengirimkan duit sejumlah 500 juta, maka foto itu akan dikirim langsung ke tangan istri Tuan Yulio. Kalau perlu ke pers atau televisi agar disiarkana langsung. Dan tidak boleh mencoba-coba menghubungi polisi atau petugas lain, akibatnya bisa gawat.
Tuan Yulio tentu saja makin panik saja. Apalagi ia memang pada dasarnya tergolong anggota ASTI (Asosiasi Suami Takut Istri). Tanpa pikir panjang ia menyanggupi akan menyediakan tuntutan pemeras yang sontoloyo itu asal benar-benar tidak memberitahu istrinya. Sementara itu, Wimpie justru punya pikiran lain, ia bisa menjadikan Tuan Yulio sebagai "ladang rezeki" dengan cara memeras setiap saat ia butuh uang. Aha!