
Oleh: Triwibs Kanyut
“Temani aku meraung, kawan …” kata Heru S. Sudjarwo.
Habent sua fata libelli (setiap buku punya takdirnya sendiri-sendiri). Pada awalnya adalah “raungan” di suatu status facebook – sebagaimana galibnya raungan, ia mengandung semacam campuran rasa sakit, perih, amarah dan kekecewaan. Dan raungan biasanya terdengar begitu keras, memekakkan, meledak tetapi juga terasa mengiris, pilu.
Raungan Mas Heru, yang terkadang lebih akrab...