Ya

Buku itu jendela dunia

Dunia

Aneka pemandangan dengan dinamikanya

Dinamika

Yang membuat dunia ini bergerak

Gerak

Kunci mewujudkan setiap eksistensi

Eksistensi

Tempat makna dan kehormatan berlabuh

Tuesday, April 28, 2009

Sabar-sabar Semua Dapat Giliran by Vladimir Kazanevsky

Hole in One Bagian 7

Oleh Odios


TUGIMIN SEDANG ngobrol dengan Kosim, tukang kebun. Soal sehari-hari. Kosim menanyakan apa benar kalau Tugimin juga disuruh main golf, olahraga yang sangat prestisius dan hanya bisa dilakukan orang-orang berduit, Tugimin mengangguk sambil malu-malu. Kosim kaget, mujur benar nasib Tugimin. Kosim menanyakan apa sih asyiknya main golf. Persis main gundu, jawab Tugimin. Kita sangat senang kalau bola bisa masuk lubang. Kosim kaget, "Hanya soal memasukkan bola ke dalam lubang? Ah, kalau cuma itu ngapain musti mahal ongkosnya? Bego benar ya, orang-orang kaya itu," kata Kosim dalam hati.

Tiba-tiba Tukinem berteriak dari ruang dalam ke arah Tugimin. Tuan Yulio telepon Tugimin dari Singapura. Tugimin buru-buru masuk dan ia diminta menjemput di bandara Cengkareng karena dua jam lagi, Tuan Yulio sampai. Sementara itu, di sebuah restoran, Shelly duduk berhadapan dengan Wimpie. Wajah Shelly tampak kusut dan agak stres. Wimpie berkali-kali mengajak ngobrol dan membujuk-bujuk, tapi Shelly tetap diam seribu basa.

Beberapa saat kemudian, Tugimin dan Tuan Yulio tampak memarkir mobil dan singgah di restoran itu. Tuan Yulio sangat kaget waktu melihat Shelly, tapi ketika ia tahu Shelly bersama seseorang, Tuan Yulio segera mengendalikan diri. Apalagi wajah Shelly tampak kurang bergairah. Tuan Yulio membisiki Tugimin agar mencari tahu, siapa cowok yang bersama Shelly itu. Tugimin dengan gesit menanyakan ke pelayan, dan pelayan yang memang sudah hapal pada langganan memberitahu bahwa Shelly bersama pacarnya. Tampaknya mereka sedang ada masalah. Soalnya Shelly pasang aksi diam.

Shelly memang tidak tahu kalau Tuan Yulio dan sopirnya ada di situ, namun ketika Tuan Yulio dan Tugimin sengaja bicara agak keras dan ketawa-ketawa, Shelly jadi menoleh, dan ia sangat senang begitu melihat kedua orang itu ada di situ. Ia bahkan, buru-buru berdiri lalu menyongsong Tuan Yulio. Melihat itu, tentu saja Wimpie sangat marah. Ia memanggil pelayan dan mengatakan ia mau traktir semua yang hadir di situ. Tentu saja pelayan hanya pura-pura tersenyum sambil mengangguk. Wimpie ngoceh tak karuan lalu melemparkan sejumlah uang ke atas meja lalu keluar dengan langkah angkuh. Shelly pura-pura tak menggubris dan ia justru pasang aksi makin mesra di hadapan Tuan Yulio. Tentu saja Tuan Yulio jadi jadi makin kebat-kebit.


SEBELUM berangkat ke Batam, Singapura atau Malaysia, Tuan Yulio minta dilatih main di lapangan golf Jakarta. Shelly ikut saja. Mereka sudah tampak sibuk sejak dini hari.

Waktu latihan akan dimulai, Tuan Yulio tiba-tiba berubah pikiran. Ia melihat para caddies dan ingin tahu lebih banyak soal mereka. Iseng-iseng Tuan Yulio mengajak ngobrol, akhirnya bergurau. Timbul pemikiran Tuan Yulio, "Saya dengar kalian punya lelucon-leluon menarik, bagi-bagi dong. Entar yang paling bagus, Bapak kasih hadiah menarik deh. Kalau perlu seluruh caddy yang ada di sini, suruh ikut. Oke?"

Tak terduga, arena itu sudah berubah menjadi lomba melucu di antara para caddy. Shelly pun ikut duduk-duduk santai dan ketawa-ketawa.

Setelah lomba melucu, mereka juga diberi kesempatan memperagakan kemampuannya memukul bola (di tee box). Hasil "penjurian" semua yang telah membawakan joke dianggap lucu dan berhasil, masing-masing berhak memperoleh hadiah sebuah cek bernilai 100 ribu perak. Begitu juga yang mengikuti lomba memukul bola, masing-masing dapat cek 100 ribu perak.

Usai acara, Tuan Yulio mengaku capek. Ia belum memukul sebiji-biji bola acan. Tapi ia mengaku lega dan gembira melihat kemampuan para caddies bermain golf sungguh penuh harapan. Tuan Yulio lalu mengatakan pada Tugimin agar mau serius berlatih, siapa tahu kelak bisa jadi pemain golf prof.

Agak malu-malu, Tuan Yulio menanyakan pada Shelly, sudah berapa lama kenal Wimpie, si cowok? Shelly hanya mengangkat bahu. Lalu membelokkan ke cerita lain. Lalu menanyakan perkembangan Tuan Yulio, terutama sejak berlatih golf, apa masih dihinggapi penyakit bosan. Tuan Yulio pun nyeletuk spontan, "Apa, bosan? Itu jelas urusan masa lalu."


KEJENGKELAN Wimpie makin menjadi-jadi; terutama, sejak peristiwa di restoran beberapa waktu lalu. Ia menjadi sangat "mendendam" pada orang tua yang tiba-tiba dimesrai Shelly. Ia lalu mengumpulkan semua anak buahnya untuk mencari tahu, siapa laki-laki tua yang sudah bosan hidup itu?

Dalam waktu singkat, "file" mengenai Tuan Yulio dapat sudah. Lengkap dengan jadwal dan kegiatannya. Wimpie lalu membagi tugas, agar di antara anak buahnya ada yang menyamar menjadi fotografer, pelayan atau tukang pos atau apa pun yang bisa menembus ke jantung aktivitas Tuan Yulio.

Salah seorang "fotografer"-nya berhasil mengambil beberapa adegan/wajah baik Tuan Yulio maupun Shelly. Foto-foto itu langsung diproses dengan scanner untuk dilakukan mix gambar, sehingga dapat menghasilkan adegan yang heboh antara Tuan Yulio dan Shelly. Selesai proses scanning lalu diproses sparasi warna. Hasilnya, sungguh sangat heboh. Di situ terlihat Tuan Yulio tengah bermesraan dengan Shelly dalam keadaan satu selimut berdua.

Gambar heboh itu pun segera dikirim ke Tuan Yulio. Langsung ke tangannya. Di situ tertulis, tunggu instruksi berikutnya. Lalu terdengar suara telepon. Tuan Yulio mendengar suara orang yang mengancam, jika dalam waktu dua puluh empat jam tidak mengirimkan duit sejumlah 500 juta, maka foto itu akan dikirim langsung ke tangan istri Tuan Yulio. Kalau perlu ke pers atau televisi agar disiarkana langsung. Dan tidak boleh mencoba-coba menghubungi polisi atau petugas lain, akibatnya bisa gawat.

Tuan Yulio tentu saja makin panik saja. Apalagi ia memang pada dasarnya tergolong anggota ASTI (Asosiasi Suami Takut Istri). Tanpa pikir panjang ia menyanggupi akan menyediakan tuntutan pemeras yang sontoloyo itu asal benar-benar tidak memberitahu istrinya. Sementara itu, Wimpie justru punya pikiran lain, ia bisa menjadikan Tuan Yulio sebagai "ladang rezeki" dengan cara memeras setiap saat ia butuh uang. Aha!

Thursday, April 16, 2009

Rekreasi Orang Kaya by Ross Thompson

Hole in One Bagian 6

Oleh Odios


TUAN YULIO sedang mengadakan meeting dengan para direktur. Tiba-tiba sekretaris menyela dan memberitahu lewat bisik-bisik bahwa ada telepon dari seorang wanita bernama Shelly. Tuan Yulio agak surprise, lalu meminta izin hadirin untuk sesuatu yang sangat penting. Hadirin hanya saling pandang. Tidak biasanya Tuan Yulio melakukan itu, kalau tidak benar-benar luar biasa.

Shelly menelepon bahwa ia tampaknya hampir setuju soal penawaran Tuan Yulio untuk berlatih golf di beberapa tempat seperti Batam, Malaysia atau Singapura.

Tuan Yulio tampak sangat cerah wajahnya. Ia meminta Shelly untuk memantapkan persiapan sehingga tidak perlu lagi ada istilah "hampir setuju". Yang ada ya, setuju sekali.

Baru saja selesai berbincang dengan Shelly, tiba-tiba sekretaris datang lagi dan memberitahu ada telepon dari Tuan Cipta, salah seorang sahabat Tuan Yulio dan sama-sama bertitel pengusaha sukses. Isi pembicaraan Tuan Cipta mengajak pergi ke luar negeri untuk satu urusan yang sangat vital. Dan Tuan Yulio juga melihat bahwa itu tak mungkin bisa ditunda-tunda lagi.

Sementara itu, Shelly sedang berbicara dengan Wimpie di telepon. Wimpie mula-mula membujuk agar mau memaafkan dia, karena soal pil itu cuma latah dan bukan kebiasaannya. Shelly tetap belum bisa mengerti. Tapi akhirnya, sifat asli Wimpie muncul, ia tak sabar lagi dan marah-marah, mengapa Shelly menolak diajak ngobrol agar bisa ia memberi pengertian.

Tuan Yulio menyuruh Tugimin agar menelepon Shelly dan memberitahu agar Shelly mau menunggu beberapa minggu karena ia harus ke luar negeri dengan kolega bisnisnya.

Shelly agak kaget mendengar telepon dari Tugimin. Ia bertanya-tanya dalam hati apakah Tuan Yulio tahu kalau ia sedang sedikit ada masalah? Sayang sekali kalau kontraknya dengan Tuan Yulio sampai batal. Gede bayarannya.


Suatu hari, tampak Shelly sedang berbincang dengan salah seorang CEO top, Tuan Jaya, di resto sebuah lapangan golf, Jakarta. Mereka tampak sangat asyik ngobrol. Sesekali tampak Shelly ketawa terpingkal-pingkal. Rupanya Tuan Jaya banyak punya koleksi joke dan ia berhasil membawakannya dengan baik.

Tak lama kemudian beberapa eksekutif lain, sekitar tiga-empat orang ikut bergabung dalam satu meja. Ganti-berganti mereka menceriterakan joke-joke yang mereka miliki. Dan Shelly benar-benar dapat menjadi pendengar yang aktif. Ruangan itu benar-benar menjadi arena joke telling yang cukup gayeng.

Di luar dugaan, Wimie dan tiga orang temannya datang ke tempat itu dan Wimpie tampak menunjukkan wajah agak seram. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Wimpie langsung menggaet lengan Shelly dan menggelandangnya ke mobil mereka. Beberapa eksekutif yang melihat adegan itu tak dapat berbuat apa-apa, karena mereka pikir cowok Shelly lagi cemburu. Dan lagi itu urusan intern mereka.

Sementara itu, Tugimin tampak sedang menjemput Nyonya Bos di arisan ibu-ibu. Di jalan Tugimin tampak ngoceh tak keruan. Ia bingung melihat kehidupan orang-orang sukses. Meeting, deal, lobi, transaksi dan lain-lain istilah yang tiap hari bersimpang siur di telinganya. Ia sangat geli melihat itu semua. Tapi, begitu ia melihat dirinya sendiri, ia juga makin geli.

Di perjalanan, Nyonya Bos tampak berusaha memancing-mancing info perihal "rahasia" di balik sepak terjang Tuan Yulio selama mengikuti latihan golf. Tapi Tugimin sama sekali lebih lihai dan ia tak bisa dijebak atau disogok sekalipun.

Di rumah, Tukinem menanyakan pada Tugimin, apakah ia serius soal yang di bioskop itu. Tugimin bilang ia sangat serius, tapi tidak lalu langsung kawin, karena kalau kawin sekarang, saatnya belum tepat. Tugimin tampaknya masih punya kewajiban untuk menyekolahkan adik-adiknya yang ada di desa sampai mereka lulus. Tukinem agak kecewa mendengar itu, tapi ia juga tidak bisa langsung menyalahkan Tugimin.

Tugimin tampak iseng memainkan club dan mendorong bola ke arah lubang di lapangan mini salah satu ruang Tuan Yulio. Ia mengaku mendapat tugas untuk mencatat dan mempraktekkan setiap instruksi dari pelatih. Karena itu, berkali-kali ia membaca petunjuk yang diberikan pelatih, dan ternyata memang tidak gampang. Apalagi memasukkan ke lubang. Tukinem melihat ulah Tugimin dari balik dinding dan tersenyum geli waktu melihat Tugimin selalu gagal memasukkan bola ke dalam hole.

Tuesday, April 7, 2009

Situasi yang Kompleks by Vladimir Kazanevsky, Ukraina

Hole in One Bagian 5

Oleh Odios

DI RUMAH, Shelly tampak gelisah. Ia tiduran di kamar apartemennya sambil mendengarkan musik, tapi tetap saja gelisah. Ia sedang bimbang. Ia mencoba menelepon sahabatnya, Neny, lalu menceritakan soal tawaran seorang pengusaha top yang keinginannya agak menyimpang dari jalur prof.-nya. Neny hanya ketawa ngakak sambil mengatakan, "Coba dibalik: TONY". Shelly tak paham. Ia coba mencoret-coret di kertas TONY, lalu: YNOT. Lalu mengeja Why...Not? Shelly ketawa, mengapa tidak?

Telepon berdering, Wimpie, pacar Shelly, lima belas menit lagi mau menjemput untuk mengajak makan malam. Shelly mengatakan agak malas keluar. Wimpie mengatakan ada sesuatu yang penting yang ingin ia katakan pada Shelly. Shelly hanya mengatakan, "O ya?".

Di mobil dalam perjalanan Wimpie dan Shelly, Shelly tampak kurang bergairah. Ia hanya menatap ke depan dengan perasaan hampa. Wimpie mencoba cerita, bahkan yang dianggapnya lucu, tapi Shelly sama sekali tidak merespon.

Di dalam restoran, Shelly menanyakan, kabar penting apa yang akan dikatakan oleh Wimpie. Wimpie hanya ketawa. Dengan hati-hati, Wimpie merogoh sakunya lalu mengeluarkan dua butir pil yang terbungkus plastik, "Aku punya dua, mau coba satu?" Shelly menatap tak percaya, "Inex?" tanya Shelly agak berbisik. Wimpie mengangguk. Shelly langsung berdiri dan bergegas keluar dari restoran. Wimpie menatap sambil tertegun.

Sementara itu, di rumah, Tuan Yulio tampak berbeda. Ia menjadi sangat ramah berlebihan. Gembira berlebihan. Nyonya Yulio agak curiga, tapi buru-buru menepisnya. "Lima belas tahun lagi, kita memasuki perayaan Kawin Emas ya, Pap?" tanya Nyonya Yulio. Tuan Yulio dengan enteng menyahut, "Ya, mungkin." Nyonya Yulio menatap suaminya dengan mata tak percaya, lalu berbalik dan masuk ke kamar tidur sambil membanting pintu agak keras. Tuan Yulio hanya terbengong-bengong seperti orang bego.

Di lobi sebuah bioskop, tampak Tugimin dan Tukinem sedang asyik bicara sambil duduk di sofa lingkar. Tukinem asyik cerita soal Nyonya Bos yang belakangan ini suka uring-uringan. Teman-teman arisannya sedang pergi ke luar negeri nengok anak-anaknya yang sekolah di sana. Sementara itu teman-teman Nyonya Bos di fitness centre, juga lagi pada tour ke Bali, ngikutin suaminya masing-masing. Nyonya Bos nggak ada teman ngobrol. Anak-anaknya yang sedang sekolah di Amerika, setiap di telepon, selalu menjawab dengan mesin penjawab, harap meninggalkan pesan, nanti akan dihubungi. Tapi mereka terlalu sibuk dan tak pernah mau menghubungi maminya yang sedang kelimpungan dan kesepian. Tugimin hanya menatap ketangkasan Tukinem bicara; ia membayangkan seperti bosnya, Tuan Yulio saat menatap Shelly bicara. Tugimin hanya manggut-manggut dan jadi pendengar yang baik.

Di dalam bioskop tampak tangan Tugimin dengan pelan-pelan dan takut-takut hendak merangkul bahu Tukinem, tapi dengan tangkas Tukinem memegang tangan Tugimin, lalu berbisik setengah mengancam, "Apa kamu sudah pernah bikin janji? Jangan macem-macem, lho. Aku bisa teriak."
Tugimin salah tingkah.

Sewaktu Tugimin dan Tukinem (naik sepeda motor) sampai di rumah, Tugimin agak kaget melihat Tuan Yulio sedang berdiri di halaman rumah sambil mengenakan kimono. Sesekali Tuan Yulio menatap langit. Mungkin ia berharap di sana ada bulan atau apalah namanya. Saat it memang tidak ada bulan. Hanya ada ratusan, mungkin ribuan bintang di langit.

Begitu Tuan Yulio melihat Tugimin pulang dari nonton, wajahnya yang semula murung berubah cerah. Ia menyuruh Tukinem langsung ke belakang, dan meminta Tugimin menemaninya ngobrol.

Mereka duduk di tempat yang agak remang. Lalu dengan tanpa khawatir akan akibat ucapannya, Tuan Yulio berbisik kepada Tugimin. "Aku merasa aneh, Min. Merasa ada sesuatu yang tak beres dalam diri saya." Dengan pura-pura tenang Tugimin bertanya ada apa sebenarnya? "Aku merasakan sesuatu yang saya rasakan ketika aku remaja dulu. Sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Semua bertumpuk-tumpuk di sini (sambil menunjuk dadanya). Perasaan sakit, tapi juga enak, kangen dan berdebar-debar."

Tugimin benar-benar sulit menebak artinya. Lalu bertanya, "Konkretnya itu apa sih, Pak?"

"Ssst, sepertinya aku sedang jatuh cinta sama Nona Shelly." ujar Tuan Yulio.

Gantian Tugimin kini, yang mendelik sambil berteriak, "Hah!" (Stop motion).

Contact

Related Blogs

Blog Archive

Categories

Labels

Advertise